Bahan Baku Baterai Mobil Listrik

Bahan Baku Baterai Mobil Listrik Yang Harus Anda Ketahui!

Bahan baku baterai mobil listrik menjadi salah satu alasan mengapa mobil listrik terbilang lebih mahal dibanding mobil konvensional. Bahan baku baterai mobil listrik yakni baterai lithium yang dipakai tak dapat diperoleh sembarangan. Walaupun ditambang lalu diproses dengan tahap yang sangat panjang. Mayoritas kendaraan listrik yang beredar kini memakai baterai lithium yang berfungsi untuuk menyimpan energinya. Baterai menjadi komponen inti dalam kendaraan elektrik. Faktanya harga baterai mobil listrik bisa mencapai 10% hingga 50% dari harga keseluruhan mobil  listrik tersebut.

Bahan Baku Baterai Mobil Listrik

Kendaraan listrik memerlukan baterai yang lebih canggih atau lebih kuat untuk bisa melaju jaarak jauh. Baterai lithium pada mobil ataupun motor listrik terbuat dari beberapa bahan baku seperti kobalt. Tetapi saat ini yang sedang dalam perbincangan hangat untuk bahan baku baterai kendaraan listrik di masa ke depan adalah nikel. Apalagi Indonesia disebut-sebut mempunyai cadangan nikel yang cukup besar dan diprediksi dapat mengambil peran strategis dalam perkembangan kendaraan bertenaga listik di masa depan.

Viral :   Mean Metal Motors Memperkenalkan Azani Hypercar Listrik Azani Dengan 1.000 HP

Kegunaan dan Jenis Baterai Lithium

Mayoritas kendaraan listrik memakai baterai lithium padahal terdapat beberapa pilihan baterai lainnya seperti Sealed Lead Acid (SLA), Ultracapacitor, atau Nickel-Metal Hybrid (NiMH). Hal ini karena baterai lithium dinilai memiliki rasio antara bobot serta energi yang baik. Bobot dari setiap komponen kendaraan tentu sangat berpengaruh pada performanya. Penggunaan baterai lithium juga menjadikan produsen menggunakan sel baterai lebih sedikit daripada ketika menggunakan baterai jenis lainnya untuk menampung kWh yang sama. Dengan demikian produsen dapat menjaga supaya mobil maupun motor listrik buatannya tidak overweight. Perlu anda ketahui bahwa. Baterai lithium sendiri terbagi menjadi 6 jenis yakni:

  • LFP (Lithium Ion Phosphate)
  • NCA (Lithium Nickel Cobalt Aluminium Oxide)
  • NMC (Lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide)
  • LTO (Lithium Titanate)
  • LMO (Lithium Manganese Oxide)
  • LCO (Lithium Cobalt Oxide)

Setiap pabrik pun harus menentukan salh satunya untuk dipakai pada mobill listrik buatan mereka. Seperti contohnya Tesla yang paling banyak memakai baterai jenis NCA untuk setiap mobil listriknya sebab dinilai memiliki spesifikasi terbaik dibandingkan dengan jenis baterai lainnya.

Viral :   Beli Mobil Listrik? Ini Pajak Tahunan Mobil Listrik di Indonesia

untuk baterai NCA, bahan baku nikel lebih mendominasi daripada bahan baku lainnya. Sedangkan baterai jenis NMC bisa dibilang terletak pada urutan selanjutnya soal kemampuan. NMC bisa menyimpanenergi dengan baik dan energy density nya terbilang tinggi akan tetapi masih dibawah NCA. Energy density sendiri merupakan besarnya energi yang dapat di simpan dalam satuan massa.

Selanjutnya untuk baterai LFP yang memang mempunyai energy density lebih rendah daripada NCA dan NMC, namun baterai jenis LFP dinilai lebih aman digunakan sebab temperatur kerjanya yang rendah. Hal ini dikarenakan terdapat kandungan phosphate yang bersifat sebagai pendingin. Berbeda dengan nikel yang justru berdifat panas. Beberapa ahli bahakn berpendapat bahwa baterai lithium LFP justru lebih cocok untuk kendaraan listrik di INdonesia sebab iklimnya sangat sensitif terhadap cuaca.